Teristimewa..
7:36:00 PM
Hari
ini satu tahun umur pernikahan kami, jika pendewasaan cinta harus
diperhadapkan pada waktu, maka satu tahun masih sangat sebentar untuk
sekedar belajar mengeja makna cinta. Sampai detik ini dan mungkin sampai
nanti saya tidak akan pernah merasa tercukupkan dengan definisi cinta
yang hanya melibatkan perasaan tanpa ada upaya. Upaya yang selama ini
saya pikir hanya terus memberi dan memberi, namun nyatanya dalam cinta
penerimaan jauh membutuhkan upaya lebih, menerima ia yang tidak sempurna
atau bahkan kurang bukanlah perkara mudah saat kita sudah berharap
lebih.
Sebenarnya saya punya pilihan lain untuk tidak menulis banyak hal tentangnya, cukup saya menyimpannya di hati saja. Tapi, saat menyadari akan masa dimana ingatan tidak lagi sama untuhnya maka saya segera bergegas menulis ini. Saat saya mengingat bahwa kenangan seperti waktu yang tidak dapat diulang maka keinginan saya untuk untuk memiliki mata dan telinga yang canggih agar bisa merekam semua yang saya dengar dan lihat darinya semakin tidak tertahan.
Sebenarnya saya punya pilihan lain untuk tidak menulis banyak hal tentangnya, cukup saya menyimpannya di hati saja. Tapi, saat menyadari akan masa dimana ingatan tidak lagi sama untuhnya maka saya segera bergegas menulis ini. Saat saya mengingat bahwa kenangan seperti waktu yang tidak dapat diulang maka keinginan saya untuk untuk memiliki mata dan telinga yang canggih agar bisa merekam semua yang saya dengar dan lihat darinya semakin tidak tertahan.
Saya
mengenalnya delapan tahun yang lalu pada pamflet yang ditempel
sepanjang koridor jurusan, pamflet ucapan selamat atas terpilihnya ketua
mushola jurusan teknik elektro Universitas Hasanuddin. Hanya Sepintas
lalu saya membaca pamflet itu, lalu waktu berjalan cepat, dan hari ini
satu tahun umur pernikahan kami. Jika melihat kebelakang, ada rentetan
takdir yang kadang tidak saya mengerti, namun satu tahun ini membuka
hati saya untuk terus dan terus berparasangka baik padaNya yang terlalu
banyak memberi.
Maka satu tahun ini, cinta mengajarkan saya pada arti penerimaan pada apa yang dicinta, baik buruknya juga lebih kurangnya, lapang sempitnya, dan susah senangnya
******
Setahun
yang lalu kami menikah dengan acara kecil yang sederhana, tidak ada
pelaminan, musik, dan juga pakaian mewah. Dari semua acara nikahan yang
pernah saya hadiri, pernikahan kami terbilang paling 'biasa', hehe.
Karena mati lampu, saya sampai tidak mengingat wajah penghulunya.
Suasana kemudian menjadi syahdu saat orang-orang mengucapkan kata
‘Sah!’ secara bersamaan, saya merinding di detik itu. Tangis haru pecah
dan kebahagiaan tumbuh di mana-mana. Langit dan bumi seperti sedang
bergemuruh dalam bahasa sederhana. Laki-laki yang saya kenali lewatu
pamflet itu kini menjadi suami saya.
Orang-orang mengatakan bahwa kami mirip, muka jodoh katanya. Saya hanya tersenyum mendengar ini. Hampir lima tahun kami mendiami jurusan yang sama, tapi terlintas pun tidak bahwa dialah orangnya, pernah beberapa kali saya mendengar orang-orang membicarakannya, kala itu saya tidak ingin tahu lebih banyak, saya sesekali melihatnya berjalan cepat, dengan wajah yang menunduk.
Hari-hari berlalu dengan cepat, hari ini satu tahun umur pernikahan kami, satu tahun yang membuat saya banyak bersyukur dan jatuh cinta pada upayanya untuk menjadi lebih baik. Kadang saya harus tertegun lama menyaksikan ia banyak mengambil tugas rumah tangga dipertemuan-pertemuan singkat kami. Ia menggantikan saya mencuci pakaian, selepas makan piring saya diangkatnya tanpa beban, saat saya terbatuk ia dengan sigap mengambilkan minuman, tak jarang kami harus ngotot-ngototan karena ia memaksa mengambil sapu. Untuk apa ia melakukan semua itu, tanyaku? Katanya dengan lembut, saat ini saya belum bisa membelikanmu apa-apa, hanya dengan cara ini saya membahagiakanmu. :’(
Hari ini satu tahun pernikahan kami, kami lewati hari-harinya dengan mimpi yang terus saja menyala. Kami menyimpan banyak mimpi, list tempat yang ingin kami kunjungi, barang-barang yang ingin kami beli, juga nama-nama yang akan kami beri hadiah jika ada rezki. Kadang kami sengaja mendatangi supermarket untuk melihat-lihat mesin cuci, teflon, kursi, dan gelas yang ingin kami beli dibulan-bulan berikutnya.
Hari-hari berlalu dengan cepat, perjalanan rumah tangga kami tak selalu bertabur bunga, adakalnya kami berbeda pendapat, satu tahun ini mengajarkan banyak hal tentang bahagia yang tidak melulu serasi, tidak melulu cukup, tidak melulu romantis, dan tidak melulu bersama.
Hari ini satu tahun pernikahan kami, lewat tulisan-tulisan yang pernah saya buat untuknya, saya kembali menengok apa yang telat kami lewati. Demikianlah, saya sangat mencintainya. Saya selalu tersenyum setiap kali mengingat senyumnya, ia yang teristimewa di hati.
Dimana lagi aku temui laki-laki semacammu?
Tilawahmu tidaklah terlalu merdu, hafalanmu pun kadang kulambung jauh.
Tapi, dimana lagi aku temui laki-laki seikhlasmu?
Wajahmu tak gagah melulu, nafkah darimu kadang tak mencukupiku.
Tapi katakan kepadaku, dimana lagi aku jumpai laki-laki sesabar dirimu?
Kau tak pernah mengangkat suara, juga mengeluhkan perangaiku.
Aku benar-benar tidak tahu, kemana lagi aku mencari laki-laki sebaik dirimu?
*Karena
saya gak bisa bikin puisi akhirnya saya contek puisi Sataro GK untuk
istrinya dengan sedikit perubahan versi saya. Puisinya sangat
menginspirasi, Terima kasih*
Gambar dari sini
14 April 2015
14 April 2015
0 comments