Simplicity parenting
7:52:00 PM
Dicatatan
sebelumnya saya pernah bercerita tentang rumitnya menjadi sederhana,
pembahasan ini jadi menarik lagi pagi ini saat saya melakukan pemanasan
di tempat kerja (baca: nonton) sebelum membuka pekerjaan hari ini.
Pembahasannya sangat menarik untuk ibu-ibu apalagi sudah mendekati
ramadhan, seperti yang kita tahu di negara kita ini ramadhan kadang
kalah pamor dengan berita kenaikan harga sembako. Salah satu trik
mengatur keuangan yang di paparkan oleh narasumber acara tersebut adalah
merencanakan menu setiap hari, tujuannya biar belanjanya enggak kalap,
hasil akhirnya adalah sekarat di tengah bulan bisa terhindarkan.
Kemudian
masuk ke sesi interaktif yang naga-naganya jadi tempat curhat ibu-ibu..
hehe, inti curhatannya adalah masih nggak cukup juga padahal dari awal
bulan sudah mengencangkan ikat pinggang. Masalah yang sempat di angkat
adalah harga yang naik tidak diikuti dengan kenaikan penghasilan, yah
jadinya begitu deh, sekarat. Mendengar curhat ibu-ibu yang syahdu, ibu
narasumbernya kembali mengatakan bahwa mengatur keuangan adalah cara
terbaik untuk saat ini menghadapi kondisi yang demikian.
Untuk
saya pembahasan pagi ini jadi berasa bermanfaat sekali, persiapan
kelahiran dan belanja bayi cukup membuat saya kalap bulan ini,
perlengkapan bayi itu lucu-lucu dan mahal. Saya sempat syok melihat
kancut bayi yang harganya sampai ratusan ribu, alamak. Untung belanjaan
bayi dari awal budgetnya sudah saya plot maka pilihan saya cuma satu
yakni merencanakan apa-apa yang utama, berusaha meminimaliskan keperluan
si baby. Tapi saya masih sering sakau juga kalau main ke bilna. haha.
Masih suka mupeng melihat arisan buku ibu-ibu di media sosial.
Bermula
dari perencanaan belanja bayi ini saya mulai kepikiran barangkali nanti
pola asuh yang akan saya usung adalah "pengasuhan yang sederhana" mulai
dari barang (aka mainan, buku, pakaian dll) sampai cara didik pun akan
saya sederhanakan.
Jauh
sebelum ini suami saya pernah bilang bahwa nanti anak kami
barang-barangnya nggak usah banyak-banyak, sebutuhnya saja baik itu
pakaian maupun mainan. Tujuannya, biar ikatan batinnya lebih dapet saat
yang ia miliki benar-benar yang dia suka, dan jumlahnya nggak banyak,
insting untuk merawat juga jadi lebih hidup. Iya sih, saya kadang suka
pusing dan merasa bersalah saat melihat isi lemari. Beda sama suami saya
yang baju sama celananya bisa dihitung jari dan semuanya terawat. Tidak
membeli barang baru kalau barang lama belum rusak. Contohnya hape, saya
pernah bilang 'saya akan beli baru kalau hape BB saya nggak idup lagi,
eh beneran besoknya mati total.' haha..
Intinya
berusaha agar barang-barang yang dimiliki tidak mubazir, bisa
membedakan mana yang mau banget sama butuh. Balik ke perlengkapan si
baby harus direncanakan dengan baik, dari cerita ibu di tempat kerja
konon belanjaan si newborn bisa sampe berjut-jutttt, karena saya orang
kampung yah kepikiran lagi orang di kampung kalau habis lahiran perasaan
perlengkapan bayinya nggak pernah heboh-heboh. hehe. Pelajaran
berikutnya, lingkungan dan apa yang kita jumpai sedikit banyak akan
berpengaruh pada pola pikir, so dari awal kita harus sudah menentukan
nilai-nilai yang kita anut dalam hal belanjaan, dalam hal pengasuhan
apalagi.
Amannya
selalu dan selalu sesuaikan dengan kebutuhan, kebutuhan juga kadang
enggak abis-abis ya, nah selanjutnya kejelian melihat yang utama dan
prioritas harus dipelajari.
Saya
sudah punya referensi untuk simplicity parenting, saya sangat tertarik
dengan penyederhanaan pengasuhan pada anak. Bagaimana dengan kalian?
Gambar dari sini
Gambar dari sini
Day 9: #NulisRandom2015
9 Juni 2015
0 comments