Kasih tak habis-habis

6:37:00 PM

Ibu saya pernah bilang...

“Menunggu kelahiran kakak pertama saya, rasa deg-degannya begitu lama, harus menunggu empat tahun, dan saat kabar kehamilan itu datang rasa bahagianya membuncah tiada terkira, ibu bahagia disetiap kelahiran kami bersaudara, padahal kerepotan pun terus bertambah karena harus mengurusi enam orang anak”

Kata ibu...

“Saya paling kuat menangis, jika disuruh diam saya malah tarik gas, menangis dari pagi sampe malam sudah biasa”

“Kalau sakit saya luar biasa rewelnya, minta digendong terus”

Saya juga paling kuat ikut-ikut “jika tak diajak, saya akan memaksa ikut dengan dengan gaya khas duduk memegangi kaki ibu sambil pegangan dikusen pintu”

Saya seperti monster yang terus saja membuntuti ibu saya. Pernah sekali tidak di ajak, dan tidak berhasil pegangan dikusen, sepanjang jalan saya terus membuntuti ibu saya, jika ibu saya menoleh ke belakang, saya dengan sigap bersembunyi disemak-semak.

Saya juga tidak sekali dua kali bikin ulah yang hampir membuat jantung ibu saya copot, berkali-kali digigit kalajengking, salah minum minyak tanah, hampir tenggelam karena nekat menyelam ke dalam gua, pulang dengan tangan dan kaki berdarah sudah biasa, kepala bocor karena sering bersepeda dengan gaya ekstrim ,dan agenda rutin berkelahi.

Waktu kecil ibu pernah ke luar kota menemani kakak saya, saya kangen luar biasa, bau keringat ibu saya yang tersisa dipakaian yang menggantung dibalik pintu sedikit mengobati rasa kangen saya kala itu.


Monster mini itu sekarang sudah dewasa, dan tinggal berjauhan dengan ibunya. Sudah menikah dengan hati yang hampir sepenuhnya sudah dihuni orang baru, yang baru tujuh bulanan ini mendiami hatinya. 

******
Saya membenarkan posisi untuk mendengarkan ceramah di radio rodja malam ini, ceramah dari seorang syaikh yang ada di madinah sana, 

“Ketatan kepada Allah dalam al qur’an disandingkan dengan bakti pada orang tua, demikian dosa kesyirikan pun bersampingan dengan dosa durhaka” dari sini dapat diambil pelajaran bahwa dosa durhaka masuk dalam kelompok dosa-dosa yang besar. Seseorang yang rajin sholat, puasa, berzakat, berhaji, bahkan ahli ibadah sekalipun dapat terhalang dari surga jika durhaka pada orang tuanya.
 

Sungguh merugi orang yang mendapati orang tuanya dalam keadaan tua namun tidak menyebabkan hal itu memasukannya ke dalam syurga.

****


Jika mengingat rasa ingin selalu bersama-sama ibu, harusnya seorang anak bisa merindukan ibunya selama 24 jam dalam sehari, namun nyatanya setelah dewasa ini tidak lagi demikian. Saya kadang merasa untuk berbakti tidaklah sederhana. Kadang saya mendapati diri tidak sabaran. Dibanyak cerita saya mendengar cerita anak-anak yang tidak bisa jauh-jauh dari ibunya, namun dibanyak cerita yang lain juga banyak anak-anak yang memiliki hubungan yang begitu kaku dengan orang tuanya, tak takut dengan cap durhaka.


Apa mungkin memang beginilah waktu yang menceritakan tentang anak-anak yang bisa dengan mudah melupakan orang tuanya, Seorang ibu melihat anaknya sakit saja, nyawa rasanya sudah hilang separuh. Seorang anak bisa dengan mudah menghapus bayangan ibunya saat ibunya ditakdirkan ‘pergi’ lebih dahulu, namun ibu mana yang sanggup melupakan kepergian anak-anaknya. Anak-anak yang sudah beranjak dewasa dengan begitu mudah meninggalkan orang tuannya untuk mengejar masa depannya, anak-anak sering lupa bahwa ada laki-laki dan perempuan yang menghabiskan hidup untuknya. T_T

Saat Anak-anak memasuki usia dewasa tak lantas mengurangi rasa seorang ibu pada anaknya, datanglah waktu anak-anaknya berkuliah diluar kampung. Untuk anak ini adalah hal membahagiakan, bisa bebas. Sedang untuk ibu kekuatiran demi kekuatiran mulai menampakan diri, apakah anaknya baik-baik di sana, sudah makan belum, kapan pulang nak?.. Pertanyaan berulang yang kadang membuat anak jengkel padahal tanya itu adalah nama lain dari cinta.


Waktu terus saja berjalan, Si anak sudah berpenghasilan, rasa butuh pada orang tua semakin berkurang ... Toh ia sudah berpenghasilan. Dan si anak kini bersiap memasuki gerbang rumah tangga. Kekuatiran lagi-lagi mendatangi si ibu... Dengan jodoh pilihan anaknya.. Kekuatiran itu akhirnya mengalah pada cinta. Keilakhlasan ibu memang tidak bisa ditakar-takar, setelah menanti kehamilan yang begitu mendebarkan, kemudian hamil yang penuh drama, lalu melahirkan dengan sakit yang tidak terkira, merawat, membesarkan, menyayangi, memberi sepenuh hati, raga, dan juga materi, setelah dewasa dengan linangan air mata ia melepas putrinya untuk berbakti pada laki-laki yang baru saja dikenalinya. 


Kemudian.. kehidupan berumah tangga membawa perubahan besar dalam hati seorang anak, dan juga orang tua. Perbedaan yang begitu bertolak belakang, seorang anak kebanyakan setelah menikah ingin tinggal terpisah dari orang tuanya, bahkan ada yang terang-terangan tidak ingin kehidupan rumah tangganya dicampuri, sedang orang tua saat anak-anaknya menikah perasaan harap untuk tidak berjauhan dari buah hatinya begitu besar. Kasih ibu tak juga habis-habis... Ia kembali menawarkan diri untuk merawat cucu-cucunya agar anak dan menantunya bisa bekerja dengan tenang..



Saya tidak dapat menahan air dipelupuk mata setelah mendengar pemaparan syaikh tentang birul walidain, saya kembali mengingat-ngingat lagi apa yang sudah saya lewati bersama orang tua saya. Ada banyak yang mulai terkikis, terkikis oleh waktu, dan juga secara tidak sadar mulai saya lupakan. Hadir Kenangan tentang ibu yang melewati malam-malam panjang untuk merawat kami anak-anaknya. Hadir. Kenangan tentang Bapak yang siang malam bekerja keras untuk kami anak-anaknya.

Ibu maafkan saya, saya bahkan tidak berani menjanjikan untuk terus membersamai ibu di masa tua. Dan Allah, tolong.. Mudahkan saya untuk berbakti pada beliau, sayangi beliau sebagaimana ia menyayangi saya sejak kecil. Aamiin.


Bekasi, 27 Oktober 2014



You Might Also Like

0 comments

I'm Proud Member Of