Sederhana di hadapan cinta
6:32:00 PM
Enam bulaaaan sudaah… udaah hampir enaam bulan ajaa, nggak berasaa yaa…
penyakit missu missu itu sedikit demi sedkit mulai berasa kronisnya..
hehe..
Untuk
catatan bulan ke enam ini saya mengambil nasehat dari teman
sependeritaan waktu di kampuss dulu, Lina. Ini hasil ngobrol panjang
kali panjaang sama diaa, dan akhirnyaaaa… akhirnyaa saya menemukan
dilisan siapa nasehat itu Allah titipkan.. tahu-tahu ada sama linaa.
Nggak nyangkaa lin di dirimu ada bakat-bakat Mario teguh, seriuss saya
nggak nyangka lin.. hahaha. Salam ultraman :v
Inti dari cerita panjang dengan linaa adalah cintaa, cinta seiring usia
pernikahan tidak akan melulu sama artistiknya, hobi dandan yang dadakan
itu akan menemukan jenuh, kita yang begitu bersahaja dihadapan cinta
*asal bersamamu sumur pun akan ku gali beb* Perlahan-lahan mulai tidak
tercukupkan dengan cintaa, Rasa deg-deg yang dulu bikin keringaat ijo
sedikit-demi sedikit akan hilang getarannya, dan inilah isi nasehat
linaa.. “mbo ingaat baik-baik apa yang membuaatmu begitu bahagiaa di
awal pernikahanmu, karena akan ada masa-masa kamu lupa sama perasaan
itu, bagian paling fatal adalah kamu lupaa alasan kamu untuk terus
mencintai suamimu”
Jleeeeb…
Nasehatnya linaa masih
berlanjut… “Tulis semuaa apa yang sudah kamu lewati, agar nanti jikaa
masa itu tahu-tahu menghampirimu, kamu bisa membaca lagi *melihat* lagi
apa yang lalu…”
Dalem bangeet nasehaatnya linaaaa. Ada nggak yak
berkomentar dalam hati bahwa tidak semua pernikahan demikian. Yup..
saya jugaa sempat berpikir tidak semua pernikahan demikiaan.. tapi
nasehat diatas untuk orang dengan stok kesabaran yang terbatas seperti
saya jadi berasa pas banget, Makasssih linaaa.. karena nasehaatmu, saya
jadi semangat lagi untuk teruss menuliss apa-apa yang sudaah saya
lewati. Itu jugaa.. biar bisaa dibaca-bacaa lagi kalau udaah mulai
pikun, biar bisaa direnungi lagi kalau tekanan darah tinggi mulai
merasuki.
***
Bulan ini pernikahan kami memasuki bulan ke enam, seumur jagung.
Pernikahan untuk saya adalah perjalanan spiritual yang saya tapaki tapak
demi tapak setiap harinya.
Saya banyak malu dengan sudut
pandang berpikir saya di masa lalu, kala itu saya menderita penyakit
tidak tahu kalau saya tidak tahu*sotoy* hehe. Dan disini, dalam
pernikahan sudut pandang yang lalu, mendapati sudut lain, hidup banyak
warna kata mbak ultraman.
Jadi saya ini mau ceritaa tentang hari
pernikahan kami yang amat syahdu-syahdu.. Hujan, mati lampu, pembacaan
akad sudah ditengah jalan, jadi lanjut terus. Oke...sah… sah.. sah.. dan
juga tentang permintaan saya yang terus menerus untuk di kasih
kejutan.. hahaha. Aneh bangett ya.. biasanya kejutan kan nggak
dimintaa.. *suami saya udaah eneg banget kali mendengar permintaan saya
yang ini*
Ehm… Hari itu saya deg-degan akut, sampe kepikiran
mau kaburrrr saja. Setelah melewati perjuangan yang bikin ngelap
keringat akhirnya terputuskan bahwa pernikahan kami cukup di rumah saja,
sederhana, nggak ada pelaminan, tamu-tamu yang datang pun sama
sederhananya dengan perayaan kami, resepsi sama akad nikah menyatu jadi
satu, bagiaan mempelai langsung mendatangi dan membawakan piring makanan
ke tetamu adalah bagian yang sering membuat saya senyum-senyum sendiri.
Acara di mulai jam Sembilan, habis dzuhur pengantin turun ke dapur
bantu cuci piring.
Nikah kan Cuma sekali seumur hidup, harus buatt yang berkesaan dong,
masaa sederhana aja. Iyee, saya jugaa mau pesta pernikahanya kayak
dude herlino sama alysa soebandoo tapi apa daya dompet tak sampai .
Haha. Eih ternyata meramu pesta pernikahan yang sederhana namun
berbekas dihati nggak harus mahal-mahal. cukup dengan mati lampu, hujaan
derass-sedera-sederassnya sungguh sangat berkesan. Hujaan saat gemuruh
do’a-do’a itu dilantunkan rasanya disini… *tunjuk mata yang basah kuyup
air mata*
***
Waktu teruss sajaa berjalan, disebulan pernikahan kami saya pernah
meminta ke suami saya untuk dibelikan mawar yang ada di pinggir jalan,
waktu itu suami saya malah bilang.. uang buat bunganya mending di pake buat beli mpempek aja. -_-'... hehe
Kejutaan romantis yang ada dalam kepala saya ada macam-macam dan dari
sekian banyak macam-macam itu belum ada satupun yang ia berikan, Sampai
pada suatu pagi di awal pernikahan kami, saat saya terbangun dipagi
hari.. eh suami saya sudaah bangun duluan aja, sambil megang sapu. Saya
terkejutt, dan spontan mengambil sapunyaa.
Esoknyaa.. sudaah ada teh di atass mejaa. Loh?
Esoknya.. pakaian kotor yang kemarin sudah ada di jemuran..
Esoknya.. pakaian kotor yang kemarin sudah ada di jemuran..
Esoknyaa lagi… pulang sholat shubuh ia mengejutkan saya lagii… lahh
siap yang cuci piring pagi-pagi butaa begini.. ternyaata suami saya lagi
cuci piring..
Kejadiaan cuci piring dipagi hari ini terus sajaa
berulang setiap kali ia mendatangi saya di sini. Saya mulai merasakan
kejutan itu tidak lagi berwujud seperti yang ada dalam kepala saya.
Bukan mawar, kue yang dihiasi lilin, gaun yang indah, perhiasan, rumah,
mobil, atau hal-hal indah lainnya, dengan melihatnyaa duduk mencuci
piring disetiap pagi saja saya sudah cukup terkejut.
Kejutan ini
ingin semakin menegaskan lagi bahwa diam-diam ia berhasil memberikan
kejutaan ditiap pagi pertemuan kami. Kejutan ini saya lihat sebagai
bagian dari hikmah yang Allah ingin tunjukan ke saya, perasaan ini
membuat saya harus terdiam kerena tiba-tiba saya teringatt begitu banyak
nikmat yang lupaa saya syukuri, saya lupa bersyukur sudah dijodohkan
dengan laki-laki yang kesederhanaannya membuat saya jatuh cinta
berulang-ulang. Kejutaan cuci piring dari suami selalu saja membuat saya
terharu bahagia, Perasaan ini akan saya simpan baik-baik, saya akan
terus mengingat betapa dia selalu berusaha membahagiakan saya dengan
caranya yang sederhana.. Terima kasih. :’)
Oktober 2014
0 comments